Rabu, 12 Desember 2012

Cara Menjual Sisir

Sebuah perusahaan membuat test terhadap tiga calon staf penjualnya.

Tesnya unik,
yaitu menjual sisir ϑi komplek Biara Shaolin. Tentu saja, ini cukup unik karena para biksu ϑi sana semuanya gundul ϑαn tak butuh sisir.

Kesulitan ini juga yang membuat calon pertama hanya mampu menjual satu sisir. Itupun karena belas kasihan seorang biksu yang iba melihatnya.

Tapi, tidak ϑengαn calon kedua.
Ia berhasil menjual sepuluh sisir, ia tidak menawarkan kepada para biksu, tetapi kpd para turis yang ada ϑi komplek itu, mengingat angin ϑi sana memang besar sehingga sering membuat rambut jadi awut-awutan.

Lalu bagaimana dgn calon ketiga?
Ia berhasil menjual 500 sisir !
Caranya?
Ia menemui kepala biara. Ia lalu meyakinkan jika sisir ini bisa jadi souvenir bagus untuk komplek biara tsb.

Kepala biara bisa membubuhkan tanda tangan ϑi atas sisir² tsb ϑαn menjadikannya souvenir para turis. Sang kepala biara pun setuju.

Ini mungkin hanya cerita ilustrasi saja. Tapi dlm kenyataannya hal ini juga sering menjadi gambaran pemikiran banyak orang.

Apa yang sering orang anggap sebagai penghambat terbesar karier mereka ?

Bukankah banyak orang sering kali menyalahkan keadaan?
Ini yg membuat calon pertama gagal.

Sementara calon kedua, sudah berani berpikir ϑi luar kotak. Namun ia masih terpaku pada fungsi sisir yang hanya sbg alat merapikan rambut.

Tapi calon ketiga bukan hanya berani berpikir bahwa sisir bukan hanya alat merapikan rambut, melainkan bisa menjadi souvenir.

Kita tidak bisa mengatur situasi seperti yang kita kehendaki. Tapi, kita bisa mengerahkan segenap kekuatan kita untuk mencari solusi.

"Segenap kekuatan" bukan hanya terbatas otot atau semangat, tapi juga pikiran, ilmu, ϑαn kerja keras.

Pendek kata, kreativitas otak ϑαn upaya fisik. Itulah potensi dalam diri kita yang dapat dipergunakan...

Mulai skrg ayo kita belajar gmn jadi penjual sisir yg ke 3.
Tdk ada yg namanya hambatan tapi bgmn kita harus berpikir..

Sebuah perusahaan membuat test terhadap tiga calon staf penjualnya.

Tesnya unik,
yaitu menjual sisir ϑi komplek Biara Shaolin. Tentu saja, ini cukup unik karena para biksu ϑi sana semuanya gundul ϑαn tak butuh sisir.

Kesulitan ini juga yang membuat calon pertama hanya mampu menjual satu sisir. Itupun karena belas kasihan seorang biksu yang iba melihatnya.

Tapi, tidak ϑengαn calon kedua.
Ia berhasil menjual sepuluh sisir, ia tidak menawarkan kepada para biksu, tetapi kpd para turis yang ada ϑi komplek itu, mengingat angin ϑi sana memang besar sehingga sering membuat rambut jadi awut-awutan.

Lalu bagaimana dgn calon ketiga?
Ia berhasil menjual 500 sisir !
Caranya?
Ia menemui kepala biara. Ia lalu meyakinkan jika sisir ini bisa jadi souvenir bagus untuk komplek biara tsb.

Kepala biara bisa membubuhkan tanda tangan ϑi atas sisir² tsb ϑαn menjadikannya souvenir para turis. Sang kepala biara pun setuju.

Ini mungkin hanya cerita ilustrasi saja. Tapi dlm kenyataannya hal ini juga sering menjadi gambaran pemikiran banyak orang.

Apa yang sering orang anggap sebagai penghambat terbesar karier mereka ?

Bukankah banyak orang sering kali menyalahkan keadaan?
Ini yg membuat calon pertama gagal.

Sementara calon kedua, sudah berani berpikir ϑi luar kotak. Namun ia masih terpaku pada fungsi sisir yang hanya sbg alat merapikan rambut.

Tapi calon ketiga bukan hanya berani berpikir bahwa sisir bukan hanya alat merapikan rambut, melainkan bisa menjadi souvenir.

Kita tidak bisa mengatur situasi seperti yang kita kehendaki. Tapi, kita bisa mengerahkan segenap kekuatan kita untuk mencari solusi.

"Segenap kekuatan" bukan hanya terbatas otot atau semangat, tapi juga pikiran, ilmu, ϑαn kerja keras.

Pendek kata, kreativitas otak ϑαn upaya fisik. Itulah potensi dalam diri kita yang dapat dipergunakan...

Mulai skrg ayo kita belajar gmn jadi penjual sisir yg ke 3.
Tdk ada yg namanya hambatan tapi bgmn kita harus berpikir..

"Sabbe satta bhavantu sukhitatta"
สัพเพ สัต ตา ภะ วัน ตุ สุขิตัต ตา

Sent from BlackBerry® on 3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar